G. Melakukan Valuasi Saham Yang Diharapkan Tumbuh Dengan Tingkat Non-Konstan
Mengasumsikan dividen akan tumbuh dengan tingkat yang konstan bukanlah sesuatu yang tepat bagi banyak perusahaan karena perusahaan umumnya akan melewati siklus hidup di mana setiap siklus akan mengalami tingkat pertumbuhan yang berbeda-beda. Pada tahun-tahun awal, perusahaan umumnya tumbuh jauh lebih cepat dibandingkan perekonomian secara keseluruhan, kemudian menyamai pertumbuhan ekonomi, dan pada akhirnya tumbuh dengan tingkat yang lebih lambat dari perekonomian.
Pertumbuhan supernormal atau pertumbuhan non-konstan merupakan bagian dari siklus hidup perusahaan di mana pertumbuhan berlangsung jauh lebih cepat daripada perekonomian secara keseluruhan.
Figur 9-2 mengilustrasikan pertumbuhan non-konstan dan membandingkannya dengan pertumbuhan yang normal, nol, dan negatif. Dalam figur, deviden perusahaan dengan pertumbuhan supernormal diharapkan akan tumbuh pada tingkat 30% selama tiga tahun, selanjutnya tingkat pertumbuhan diharapkan turun menjadi 8%, tingkat rata-rata yang diasumsikan untuk perekonomian.
H. Melakukan Valuasi Perusahaan Secara Keseluruhan
Sejauh ini, kita telah membahas pendekatan dividen yang didiskontokan untuk melakukan valuasi atas saham biasa suatu perusahaan. Prosedur ini digunakan secara luas, tetapi prosedur ini didasarkan atas asumsi bahwa analisis dapat meramalkan dividen di masa depan dengan cukup baik. Hal ini sering kali berlaku bagi perusahaan yang sudah mapan dan memiliki riwayat pembayaran dividen yang stabil. Model ini juga dapat diterapkan pada perusahaan yang sedang tidak membayarkan dividen.
Kita dapat menggunakan suatu pendekatan alternatif, model valuasi korporat atau total perusahaan, yaitu suatu model valuasi yang digunakan sebagai alternatif bagi model pertumbuhan dividen dalam menentukan nilai suatu perusahaan, khususnya perusahaan yang tidak memiliki riwayat pembayaran dividen atau merupakan anak dari perusahaan lain yang lebih besar. Pertama, model ini akan menghitung arus kas bebas perusahaan, kemudian menghitung nilai sekarangnya untuk menentukan nilai perusahaan.
Model tersebut digunakan untuk menilai perusahaan dalam situasi dimana dividen masa depan tidak dapat diramalkan dengan mudah. Bayangkan suatu perusahaan yang baru berdiri dibentuk untuk mengembangkan dan memasarkan suatu produk baru. Perusahaan seperti ini umumnya diharapkan akan memiliki nilai penjualan yang rendah selama tahun-tahun pertama saat perusahaan tersebut mengembangkan dan memasarkan produknya. Kemudian jika produk tersebut mulai dikenal, penjualan akan tumbuh dengan pesat selama beberapa tahun.
Perusahaan-perusahaan kecil umumnya dapat meminjam dana dari bank mereka, tetapi bank mensyaratkan agar rasio utang/ ekuitas tetap dipertahankan pada suatu tingkat yang wajar. Artinya, ekuitas juga harus ditingkatkan. Namun, perusahaan kecil tidak memiliki atau hanya memiliki sedikit akses ke pasar saham sehingga perusahaan tersebut biasanya mendapatkan ekuitas baru dengan menahan labanya. Artinya, perusahaan tidak membayarkan atau hanya sedikit membayarkan dividen selama bertahun-tahun di mana terjadi pertumbuhan pesat. Namun, pada akhirnya, sebagian besar perusahaan yang berhasil memang akan membayar dividen. Pertama, dividen tersebut akan tumbuh dengan pesat, tetapi kemudian melambat seiring dengan makin matangnya perusahaan.
Model Valuasi Perusahaan
Nilai suatu perusahaan ditentukan oleh kemampuannya untuk menghasilkan arus kas, baik saat ini maupun di masa depan. Jadi, nilai pasar dapat dinyatakan sebagai berikut:
Nilai pasar = V perusahaan = PV ekspektasi arus kas bebas perusahaan di masa depan
Keterangan:
FCFt = arus kas bebas pada tahun ke-t
WACC = rata- rata tertimbang biaya modal perusahaan
Arus kas bebas adalah arus kas masuk selama satu tahun dikurangi kas yang dibutuhkan untuk mendanai tambahan asset yang dibutuhkan. Arus kas masuk akan sama dengan laba operasi bersih setelah pajak (disebut pula NOPAT) ditambah beban non- kas (penyusutan dan amortisasi) yang dikurangkan ketika kita menghitung NOPAT. Sementara itu, tambahan asset yang dibutuhkan adalah pengeluaran modal ditambah tambahan bersih modal kerja.
Penyusutan dan amortisasi dapat dipindahkan dari variabel dalam kurung pertama ke variabel dalam kurung kedua (dan diberikan tanda minus). Jadi, variabel pertama menjadi EBIT (1-T) atau disebut NOBAT dan variabel kedua menjadi investasi baru bersih dalam modal operasi.
FCF= NOPAT- Investasi baru bersih dalam modal operasi
Analisis menggunakan model dividen yang didiskontokan dan model perusahaan ketika melakukan valuasi atas perusahaan yang mapan dan membayarkan dividen. Mereka umumnya menggunakan model perusahaan ketika melakukan valuasi atas perusahaan yang tidak membayarkan dividen dan divisi. Pada prinsipnya, kita seharusnya memperoleh nilai instrinsik yang sama dari kedua model di atas, tetapi sering kali ditemukan perbedaan. Ketika terjadi perbedaan, asumsi yang digunakan dalam model perusahaan perlu ditinjau ulang. Setelah analis yakin asumsi tersebut cukup wajar, hasilnya akan digunakan.
Pada praktiknya, estimasi nilai instrinsik yang didasarkan atas kedua model ini biasanya mengalami deviasi baik satu sama lain maupun dengan harga saham aktual. Hal itu menyebabkan setiap analisis mendapatkan kesimpulan yang berbeda tentang seberapa atraktif suatu saham tertentu. Makin baik analisis, maka makin sering valuasi analisis tersebut ternyata terbukti benar. Namun, tidak seorang pun yang mampu membuat ramalan secara acak dan tidak dapat diprediksi di masa depan.
Jika kita melakukan valuasi atas, katakanlah 100 perusahaan yang sudah mapan di mana dividennya diperkirakan akan tumbuh dengan stabil di masa depan, kita mungkin akan menggunakan model pertumbuhan dividen, bukan satu set penuh laporan keuangan performa sehingga akan lebih layak jika kita menggunakan model dividen. Akan tetapi, jika kita hanya mempelajari satu atau sedikit perusahaan, terutama perusahaan yang masih dalam tahap petumbuhan yang tinggi dalam siklus hidupnya, kita akan memproyeksikan laporan keuangan masa depan sebelum mengestimasikan dividen di masa depan. Kemudian, karena kita seharusnya telah memproyeksikan laporan keuangan di masa depan, kita akan melanjutkan dan menerapkan model total perusahaan. Intel, yang membayarkan dividen kuartalan sebesar 8 sen dibandingkan laba kuartalan sebesar $1,24 merupakan satu contoh perusahaan dimana kedua perusahaan merupakan model yang lebih tepat.
Jika kita ingin mengestimasi nilai suatu perusahaan yang belum pernah membayarkan dividen seperti eBay, atau suatu perusahaan baru yang akan masuk bursa, atau divisi bahan kimia Kerr- MrGee yang direncanakan akan dijual. Maka model yang digunakan sebaiknya adalah model valuasi perusahaan.
I. Ekuilibrium Pasar Saham
Ekuilibrium merupakan suatu kondisi di mana ekspetasi tingkat pembalian suatu efek akan sama dengan tingkat pengembalian yang diminta (ȓ = r) dan demikian pula denga P = P0 serta harganya stabil. Dalam kondisi ekuilibrium terdapat dua persyaratan saling berhubugan yang harus terjadi, yakni:
1. Ekspektasi tingkat pengembalian suatu saham seperti yang dinilai oleh investor marginal harus sama dengan tingkat pengembalian yang diminta (ȓ = r)
2. Harga pasar saham actual harus sama dengan nilai instrinsiknya seperti yang diestimsikan oleh investor marginal.
Investor marginal adalah investor representative yang tindakannya mencerminkan keyakinan orang- orang yang saat ini memperjualbelikan saham. Investor marginal inilah yang menentukan harga saham.
Harga saham tidaklah konstan, harga tersebut terkadang mengalami perubahan yang drastis. Saham perusahaan basar akan cepat mengalami penyesuaian ketika posisi fundamental perusahaan tersebut mengalami perubahan. Saham- saham seperti ini dipantau secara ketat oleh sejumlah analis efek sehingga harga sahamnya juga akan ikut berubah setelah terjadi perubahan. Akibat, jarang terjadi kondisi ekuilibrium pada saham, tingkat pengembalian yang diharapkan dan diminta umumnya hanya mendekati. Harga saham pasti mengalami perubahan, terkadang secara drastic dan sangat cepat. Namun, sebenarnya hal ini hanya mencerminkan perubahan kondisi dan ekspektasi yang terjadi. Tentu saja, ada waktu dimana saham akan terus bereaksi selama bebarapa bulan terhadap terungkapnya perkembangan yang menguntungkan dan merugikan. Namun, ini bukan berarti menandakan suatu periode penyesuaian yang lama, tetapi hanya menunjukkan bahwa pasar akan ikut menyesuaikan diri seiring dengan makin banyaknya informasi yang tersedia tentang suatu situasi.
J. Saham Preferen
Saham Preferen merupakan suatu campuran (hybrid), saham ini mirip dengan obligasi dalam beberapa hal dan dalam beberapa hal yang lain juga mirip dengan saham biasa. Sifat campuran ini tampak jelas ketika kita mengelompokkan saham preferen sehubungan dengan obligasi dan saham biasa. Seperti obligasi, saham preferen memiliki nilai nominal dan dividen dalam jumlah tetap juga yang harus dibayar sebelum dividen dapat dibayarkan kepada saham biasa. Akan tetapi, direktur dapat menghilangkan (atau “melewatkan”) dividen saham preferen tanpa harus membuat bangkrut perusahaan. Jadi, meskipun saham preferen meminta dilakukannya pembayaran dalam jumlah tetap seperti halnya obligasi, tidak melakukan pembayaran tersebut tidak akan mengarah pada bangkrutnya perusahaan.
Saham preferen memberikan hak kepada pemiliknya atas pembayaran dividen secara rutin dan dalam jumlah tetap. Jika pembayaran tersebut dilakukan untuk selama- lamanya, maka ini merupakan suatu permasalahan perputuitas di mana nilainya, Vp, akan dihitung sebagai berikut:
Vp = Dp
rp
Keterangan:
Vp : nilai saham preferen
Dp : dividen saham preferen
rp : tingkat pengembalian yang diminta atas saham preferen.
Dalam kondisi ekuilibrium, tingkat pengembalian yang diharapkan (rp) harus sama dengan tingkat pengembalian yang diminta (rp). Jadi, jika kita mengetahui harga saham preferen saat ini dan dividennya, kita dapat menghitung tingkat pengembalian yang diharapkan berikut:
rp = Dp
Vp
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut. Pemegang saham biasa adalah pemilik perusahaan dan mereka memiliki hak dan fasilitas tertentu, yakni kendali atas perusahaan dan hak preemptive.
Saham dapat dibagi mejadi dua yakni saham biasa dan saham preferen. Jenis saham biasa meliputi saham terklasifikasi dan saham pendiri. Valuasi saham adalah metode/ tata cara/ prosedur untuk mendapatkan nilai atas saham dari suatu perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
F. Brigham, Eugene dan Joel F. Houston. 2013. Dasar- Dasar Manajemen Keuangan Edisi 11. Jakarta: Salemba Empat.
Comments
Post a Comment